Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat kompleks. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta bukan penyakit
keturunan atau kutukan Tuhan. Penyakit
Kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang saraf tepi dan mukosa dari saluran
pernapasan atas. Lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila
tidak ditangani, kusta dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf,
anggota gerak, dan mata. Kelompok yang
berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik
dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang
tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain
seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta
dua kali lebih tinggi dari wanita.
Timbulnya
penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung
dari beberapa faktor yaitu antara lain:
- Faktor Kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh
(solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman
yang tidak utuh lagi, diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat
menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
- Faktor Imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak
menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal
ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).
- Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan
kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan
meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah
munculnya kusta.
- Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit
ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan
kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak
umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
Penyakit Kusta dibedakan menjadi 2
yaitu Kusta Kering dan Kusta Basah. Kusta Kering, jenis kusta ini bisa dianggap
tidak menular karena jumlah basil lepra yang berada di tubuh penderita masih
sedikit, tapi bila kusta kering ini tidak diobati maka akan menjadi kusta basah
yang bisa menularkan ke orang lain. Sedangkan, Kusta Basah, jenis kusta ini
yang bisa menularkan ke orang lain karena jumlah basilnya sangat banyak bisa
ratusan juta. Basil Lepra ini dapat ditemukan di hati, otak, ginjal, mata,
hidung, kulit, dll.
Seseorang yang menderita Kusta
biasanya mengalami beberapa tanda-tanda. Tanda-tanda penyakit Kusta yaitu antara
lain tanda-tanda pada kulit dan pada syaraf. Tanda-tanda pada kulit meliputi :
kelainan pada kulit berupa bercak kemerahan, keputihan,
atau benjolan, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya
bagian tubuh yang tidak berkeringat dan tidak berambut, lepuh tapi tidak nyeri.
Tanda-tanda pada syaraf meliputi : rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota badan atau muka, gangguan kerak pada anggota badan atau bagian muka, adanya
kecacatan (deformitas) pada bagian tubuh, terdapat luka tapi tidak sakit.
Penularan penyakit kusta dapat melalui
kontak kulit yang erat dan lama.
Kuman kusta itu bukan kuman yang 'ganas' jadi penularannya agak sulit. Makanya dibutuhkan waktu yang lama dan kontak yang erat supaya si kuman ini bisa ditransmisikan dalam jumlah yang banyak ke orang lain. Kemudian melalui udara (aerogen)
ingus orang yang menderita kusta ditemukan kuman ini.
Kuman kusta itu bukan kuman yang 'ganas' jadi penularannya agak sulit. Makanya dibutuhkan waktu yang lama dan kontak yang erat supaya si kuman ini bisa ditransmisikan dalam jumlah yang banyak ke orang lain. Kemudian melalui udara (aerogen)
ingus orang yang menderita kusta ditemukan kuman ini.
Sejak 1995, WHO memberikan paket obat
terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Pengobatan
multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan
pertama. Cara ini aman dan mudah. Jangka waktu
pemakaian telah tercantum pada kemasan obat. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang
masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan
dibandingkan dengan yang tidak utuh. Sehingga, pengobatan kepada
penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai
penularan.
Pencegahan
yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit Kusta yaitu dengan
mencegah kontak dengan kulit penderita,
meningkatkan sistem imun dengan
melakukan hidup sehat , meningkatkan
kebersihan lingkungan, diagnosis dan pengobatan yang segera.
Oleh : Niswatun
Nafi’ah, SKM
Penyuluh
Kesehatan Masyarakat Puskesmas Danasari