Tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Peringatan HTTS ini semoga menjadi momentum para perokok untuk berhenti merokok. Menurut The ASEAN Tobacco Control ATLAS, Indonesia merupakan Negara dengan konsumsi rokok tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Bahkan di dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa satu dari tiga pria dewasa mengkonsumsi rokok. Rokok tidak hanya menghantui calon konsumen dewasa saja tetapi juga remaja berusia 13-15 tahun yang notabene merupakan pelajar penerus masa depan bangsa. Bisa dibayangkan jika calon penerus bangsa sudah diracuni dengan bahaya nikotin yang terkandung dalam rokok, mungkin masa depan bangsa ini berada di tangan generasi-generasi yang tidak sehat.
Penggunaan tembakau telah menjadi masalah kesehatan global karena dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada kesehatan penduduk, tetapi juga berpengaruh pada lingkungan, ekonomi rumah tangga dan negara. Temuan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah perokok usia di atas 15 tahun sebanyak 36,3 persen. Sebagian besar dari mereka ialah perokok laki-laki dengan prevalensi 64,9 persen dan jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia. Sementara itu, prevalensi pada perempuan mengalami peningkatan dari 5,2 persen pada tahun 2007 menjadi 6,9 persen pada tahun 2013. Itu berarti menunjukkan bahwa sekitar 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas juga merokok.
Demikian juga melihat hasil Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga wilayah Puskesmas Danasari untuk indikator tidak merokok masih menempati urutan teratas setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sulit untuk lepas dari rokok. Padahal sudah jelas, dan sudah sering dilakukan penyuluhan akan bahaya asap rokok dan kematian akibat rokok, serta dibukanya Klinik Berhenti Merokok (KBM).
Kematian akibat rokok tidak terlepas dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok. Ada kurang lebih 4000 bahan kimia beracun dan 69 diantaranya merupakan penyebab kanker. Yang paling berbahaya di antaranya nikotin yang bersifat adiktif (ketergantungan), tar yang menyebabkan kanker, CO yang dapat mengikat sel darah merah, sehingga darah kekurangan oksigen. Seorang perokok dapat mengalami berbagai kerusakan hampir semua pada semua organ tubuhnya, 90% mengalami kanker mulut/tenggorokan, 75% mengalami penyakit paru-paru (bronchitis, asma), 40% mengalami penyakit stroke, 30% kematian akibat penyakit jantung. Penyakit-penyakit tersebut sebagian bersifat kronis, sehingga tidak dirasakan langsung oleh perokok. Tidak mengherankan jika perokok merasa tetap sehat walaupun setiap harinya mereka terpapar residua sap rokok. Tidak hanya itu, asap rokok juga berbahaya bagi mereka yang berada di sekitar perokok, atau yang disebut perokok pasif. Perokok pasif mempunyai risiko terkena kanker paru 20-30%, ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir mati, bayi lahir premature, atau pada anak-anak mengalami infeksi saluran pernapasan, asma dan bayi mati mendadak akibat asap rokok.
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, rokok tidak hanya berpengaruh pada kesehatan tetapi juga berpengaruh pada ekonomi atau pengeluaran rumah tangga. Hal ini terbukti dari Susenas tahun 2005, bahwa tembakau atau rokok menempati urutan kedua setelah padi-padian dalam pengeluaran bulanan rumah tangga perokok. Pada kasus kurang gizi pada balita juga didapat data bahwa rokok menempati urutan pertama (22%) dibandingkan beras (19%) dalam pengeluaran mingguan KK rumah tangga yang merokok. Hal ini sangat merugikan rumah tangga tersebut, bayangkan jika uang yang digunakan untuk membeli rokok dialihkan untuk hal yang lebih bermanfaat seperti untuk membeli susu, telur, daging, buah, sayur, tentunya rumah tangga tersebut akan lebih produktif dan sehat, sehingga kasus gizi buruk pun mulai bisa ditekan.
Siapapun dapat berhenti merokok asalkan ada niat atau kemauan, berikut beberapa tips berhenti merokok : kurangi jumlah batang rokok yang dihisap per hari, jauhi tempat dimana banyak perokok, rutin berolahraga, kurangi begadang atau tidur larut malam, minum jus / sari jeruk, tetapkan tanggal kapan berhenti merokok, kuatkan niat untuk berhenti merokok.
Oleh : Niswatun Nafi'ah, SKM
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Danasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar